Friday, December 17, 2010

KENIKMATAN HAKIKI TERASA DI DUNIA HINGGA AKHIRAT


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا
Allah Tidak akan menyiksa kalian, apabila kalian mau bersyukur dan beriman
Allah adalah Maha Mensyukuri[370] lagi Maha mengetahui. (QS. An-Nisa 147)
[370] Allah memberi pahala terhadap amal hamba-Nya, memaafkan kesalahan dan menambah nikmat-Nya.

إِعْلَمْ أَنَّ كُلَّ خَيْرٍ وَلَذَّةٍ وَسَعاَدَةٍ بَلْ كُلُّ مَطْلُوْبٍ وَمُؤَثَّرٍ فَإِنَّهُ يُسَمَّى نِعْمَةً وَلَكِنَ النِّعْمَةُ بِالحَقِيْقَةِ هِىَ السَّعاَدَةُ الآُخْرَوِيَّةِ وَتُسَمِّيْهِ ماَ سِوَاهاَ نِعْمَةً وَسَعاَدَةً إِمَّا غَلَطٌ وَإِمَّا مَجاَزٌ كَتَسْمِيَّةِ السَّعاَدَةِ الدُّنْيَوِيَّةِ الَّتِى لاَ تُعِيْنُ عَلَى الآَخِرَةِ نِعْمَةً فَإِنَّ ذَلِكَ غَلَطُ مَحْضٍ

Ketahuilah, bahwa setiap kebaikan, kenikmatan dan kesenangan bahkan semua yang diharapankan ataupun semua yang didapatkan, itulah yang paling sering dinamakan kenikmatan. Akan tetapi kenikmatan hakiki ialah kesenangan akhirat. Selain itu, bisa jadi kesalahan penamaan atau nama majaz (sindiran). Kesenangan dunia yang di dalamnya tidak bernilai akhirat, lalu dinyatakan sebuah kenikmatan, hal itu murni keliru besar.

وَقَدْ يَكُوْنُ اِسْمُ النِّعْمَةِ لِلشَّيْءِ صِدْقاً وَلَكِنْ يَكُوْنُ إِطْلاَقُهُ عَلَى السَّعَادَةِ الأُخْرَوِيَّةِ أَصْدَقُ فَكُلُّ سَبَبٍ يُوْصِلُ إِلىَ سَعاَدَةِ الآَخِرَةِ وَيُعِيْنُ عَلَيْهاَ إِمَّا بِوَسِطَةٍ وَاحِدَةٍ أَوْ بِوَسَائِطَ فَإِنَّ تَسْمِيَّتَهُ نِعْمَةً صَحِيْحَةٌ وَصِدْقٌ ِلأَجْلِ أَنَّهُ يُفْضِى إِلىَ النِّعْمَةِ الحَقِيْقِيَّةِ

Terkadang penamaan nikmat pada sesuatu itu hanya faktor kebetulan. Namun kenikmatan mutlak terdapat pada kesenangan akhirat, bukanlah suatu kebetulan. Oleh karena itu segala hal yang mengarah atau penyebab untuk mendapatkan kesenangan akhirat dan mendorongnya, melalui satu perantara atau beberapa perantara, itulah yang dinamakan nikmat yang benar dan sesungguhnya, karena hal itu mengarah kenikmatan hakiki.

Jujur saja, segala hal yang terjadi kepada kita terbagi empat bagian ;

إِلىَ ماَ هُوَ ناَفِعٌ فىِ الدُّنْياَ وَالآَخِرَةِ جَمِيْعاً كاَلعِلْمِ وَحُسْنِ الخُلُقِ > فاَلنَّافِعُ فىِ الحاَلِ وَالمَآَلِ هُوَ النِّعْمَةُ تَحْقِيْقاً

Pertama : Nyaman di dunia dan nyaman di akhirat, seperti memiliki ilmu agama dan akhlak baik. Ketika nyaman di dunia dan di akhirat, maka tiada lain itulah kenikmatan hakiki.

وَإِلىَ ماَ هُوَ ضاَرٌّ فِيْهِماِ جَمِيْعاً كاَلجَهْلِ وَسُوْءِ الخُلُقِ > فاَلضَّارُّ فِيْهِماَ هُوَ البَلاَءُ تَحْقِيْقاً وَهُوَ ضِدُّهُماَ  

Kedua : Tidak nyaman di dunia dan tidak nyaman di akhirat, seperti bodoh dalam agama dan buruk akhlak. Tidak nyaman di dunia dan di akhirat tiada lain itulah malapetaka yang nyata.

وَإِلىَ ماَ يَنْفَعُ فىِ الحاَلِ المُضِرُّ فىِ المَآَلِ كاَلتَّلَذُّذِ بِاتِّباَعِ الشَّهْوَةِ > فاَلنَّافِعُ فىِ الحاَلِ المُضِرُّ فىِ المَآَلِ بَلاَءٌ مَحْضٌ عِنْدَ ذَوِى البَصَائِرِ وَتَظُنُّهُ الجُهاَلُ نِعْمَةً , وَمِثاَلُهُ الجَائِعُ إِذاَ وَجَدَ عَسَلاً فِيْهِ سَمٌّ فَإِنَّهُ يَعِدُهُ نِعْمَةً إِنْ كاَنَ جاَهِلاً وَإِذَا عَلَّمَهُ عِلْمٌ أَنَّ ذَلِكَ بَلاَءٌ سِيْقَ إِلَيْهِ

Ketiga : Nyaman di dunia tapi tidak nyaman di akhirat, seperti bersenang-senang dengan mengikuti hawa nafsu. Menurut akal cerdas, ini nyata malapetaka juga. Orang awam menyebutnya kenikmatan. Umpamanya, seorang yang lapar menemukan madu yang mengandung racun, orang awam akan menyebutnya menemukan kenikmatan, akan tetapi apabila dibimbing ilmu, ia akan menyebutnya mengundang malapetaka.

وَإِلىَ ماَ يَضُرُّ فىِ الحاَلِ وَيَؤَلَّمُ وَلَكِنْ يَنْفَعُ فىِ المَآَلِ كَقَمْعِ الشَّهْوَاتِ وَمُخاَلِفَةِ النَّفْسِ > فاَلضَّارُّ فىِ الحَالِ النَّافِعُ فىِ المَآَلِ نِعْمَةٌ عِنْدَ ذَوِى الأَلْباَبِ بَلاَءٌ عِنْدَ الجُهاَلِ , وَمِثَالُهُ الدَّوَاءُ البِشْعِ فىِ الحاَلِ مِذَاقَةٌ إِلاَّ أَنَّهُ شاَفٍ مِنَ الأَمْرَاضِ وَالأَسْقاَمِ وَجاَلِبٌ لِلصِّحَةِ وَالسَّلاَمَةِ فاَلصَّبِىُّ الجاَهِلُ إِذَا كُلِّفَ شُرْبَهُ ظَنَّهُ بَلاَءً وَالعَاقِلُ يَعُدُّهُ نِعْمَةً

Keempat : Tidak nyaman di dunia bahkan menyakitkan tetapi nyaman di akhirat, seperti menahan dan mengendalikan hawa nafsu. Menurut akal sehat, ini merupakan kenikmatan besar, tetapi malapetaka menurut awam. Umpamanya, jamu ialah obat pahit dan tidak nyaman saat di minum, tetapi kemudian ia akan nyaman, sembuh dari penyakit, bugar, sehat dan selamat. Seorang anak kecil yang awam, apabila diminta meminum jamu, ia akan mengira malapetaka. Sedang orang yang berakal akan menyebutnya sebuah kenikmatan.

Amal ibadah memang tidak nyaman serta tidak sesuai keinginan, namun orang yang berakal cerdas dan sehat, akan menyatakan itu adalah kenikmatan hakiki, menikmatinya dengan nyaman di dunia, apalagi kelak di akhirat. “Masalahnya apakah amal ibadah kita sudah dirasa nikmat nan lezat ?!” tanyakan itu pada nurani kita !....

Allah mengetahui segalanya…...

Wednesday, December 15, 2010

MUKJIZAT KALIMAT TAUHID


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمّنِ الَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
 
MAKNA KALIMAT TAUHID
Sebagaimana kita maklumi, bahwa orang yang telah masuk agam Islam adalah dia yang telah meyakini bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah Swt dan meyakini bahwa baginda Muhammad Saw adalah utusan Allah. Dan demikian pula makna harfiyah dari kalimat Tauhid yang berbunyi :

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدُ رَسُوْلُ اللهِ
Seorang manusia yang berakal sehat niscaya mengharapkan selamat, mengharapkan bahagia dan meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat, di dunia sejahtera dan di akhirat masuk sorga.

Untuk mendapatkan harapan tersebut jalan yang harus ditempuh adalah hanya dengan mempertahankan keyakinan “Tiada tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah Swt dan baginda Muhammad Saw adalah utusan Allah”. Termasuk didalamnya menghayati kandungan makna kalimat Tauhid serta menyatakannya dalam bentuk “Menyembahkan diri” yang sesungguhnya kepada Allah Swt di dalam  kondisi apapun.

MENGENTASKAN KEMISKINAN
Disamping memiliki kandungan makna yang sangat luas, disisi lain kalimat Tauhid memiliki banyak keutamaan yang luar biasa, diantaranya disebutkan oleh Syekh Al-Fakahaniy :

إِنَّ مُلاَزِمَةَ ذِكْرِهاَ عِنْدَ دُخُوْلِ المَنْزَلِ تُنْفِى الفَقْرَ
 Artinya : “Sungguh membiasakan diri membaca kalimat Tauhid pada saat masuk ke rumah adalah akan menghilangkan kefakiran”.

Dengan demikian, seorang Muslim selayaknya membiasakan diri untuk membaca kalimat Tauhid ketika akan masuk ke rumah, karena manfaat dari kebiasaan seperti itu mampu mengentaskan kemiskinan dan kefakiran, yang konon program mengentaskan kemiskinan ini sering digembar-gemborkan pemerintah. Padahal dalam hal mengentaskan kemiskinan, agama Islam sendiri memberikan solusinya, ajaran Islam berarti ajaran dari Allah Swt dan ajaran  Allah mustahil dusta. Hanya saja orang terkadang lebih percaya dengan ajaran luar agama Islam, sehingga orang masih cenderung mengandalkan usaha dengan kemampuan dirinya sendiri dibanding memperhatikan atau melihat petunjuk dari Allah Swt, yaitu terbiasa membaca kalimat Tauhid ketika masuk rumah.

MENGHAPUS EMPAT RIBU DOSA BESAR
Diantara keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah dapat menghapus empat ribu macam dosa-dosa besar, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Imam As-Sanusiy sebagai berikut :

أَنَّ مَنْ قاَلَ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَمَدَّهاَ هَدَمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلاَفِ ذَنْبٍ مِنَ الكَباَئِرِ
Artinya :
“Sesungguhnya barang siapa membaca kalimat Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”.

Pada saat itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun dia tidak memiliki dosa besar ?”, Rasulullah menjawab ; “Maka yang dihapuskan empat ribu macam dosa besar adalah keluarga dan para tetangganya”. 

Dalam membaca panjang kalimat Tauhid, para Ulama mengajarkan sebagai berikut :

a.   Ketika melafalkan LA dan bibaca lebih panjang sambil kepala berpaling ke sebelah kanan dan hati menghayati artinya yaitu “tidak ada”.
b.   Ketika melafalkan ILAHA sambil kepala bergerak ke bagian tengah dan hati menghayati artinya yaitu “Tuhan yang wajib disembah”.
c.   Ketika melafalkan ILLALLAH sambil kepala berpaling kesebalah kiri dan hati menghayati artinya yaitu “melainkan Allah”.
d.  Setelah nya, dihadirkan dalam hati kalimat  مُحَمَّدُ رَسُوْلُ اللهِ  sambil menghayati artinya yaitu “Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini untuk membedakan cara membaca kalimat Tauhid dengan umat terdahulu sebelum baginda Nabi Muhammad, karena umat dahulu membaca kalimat Tauhid tanpa diringi مُحَمَّدُ رَسُوْلُ اللهِ .

PEMBACANYA DIJAGA DARI SEMBILAN PULUH SEMBILAN PINTU MUSIBAH
Diantara keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah dapat melindungi pembacanya dari sembilan puluh sembilan pintu musibah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu ‘Asaakir yang diterima dari Imam Ibnu Abbas, yaitu sebagai berikut :

إِنَّ قَوْلَ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ تَدْفَعُ عَنْ قاَئِلِهاَ تِسْعَةَ وَتِسْعِيْنَ باًباً مِنَ البَلاَءِ أَدْناَهاَ الهَمُّ .
Artinya : Sesungguhnya bacaan kalimat tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ الله akan menjaga atau melindungi para pembacanya dari sembilan puluh sembilan macam pintu musibah, dan musibah yang paling rendah adalah mengalami keresahan”.

Sungguh luar biasa, hanya membaca satu kali saja akan menjaga dan melindungi pembacanya dari sembilan pulu sembilan macam musibah yang berat, kecuali kematian, seperti musibah kebakaran, musibah banjir, tanah longsor dll. paling rendah adalah resah atau bingung.

Apabila timbul pertanyaan, “Mengapa musibah tetap datang dan menimpa, sedangkan mereka sering sekali membaca kalimat tauhid ?”

Ingat !, dalam hal ini terdapat beberapa faktor penyebab musibah itu menimpa, diantaranya :

a.   Membaca dua kalimat tauhid dalam keadaan lalai kepada Allah Swt, atau
b.   Pembaca kalimat tauhid tidak meyakini terdapat keutamaan tersebut, atau
c.   Dia melakukan suatu dosa, yang cara menghapuskan dosa tersebut adalah hanya dengan menimpakan musibah itu.

Keutamaan kalimat Tauhid mustahil dusta atau hanya isapan jempol semata, karena demikian itu ajaran Allah Swt. Manusia harus sering intropeksi dan memeriksakan diri keadaan rohani dirinya kepada para Ulama yang ahli agama yang selalu memperhatikan tatakrama dalam agama Islam.

Diantara tatakrama seorang muslim secara lahiriyah adalah tidak pernah membuka peci atau tutup kepala, kecuali keadaan darurat. Terlebih-lebih memenuhi kewajiban menutup aurat, baik lelaki ataupun perempuan.

HIKAYAT KETEGUHAN IMAN
Hikayat ini diterima dari seorang Ulama besar, yaitu Syekh Abdul Wahid bin Zaed, sebuah hikayat nyata dari pengalaman sendiri, beliau berkata, kisahnya sebagai berikut :

Suatu hari saya sedang berada di atas kapal layar di tengah laut, tiba-tiba datang angin topan besar menerpa dan menyeret kapal layar yang saya tumpangi, saya bersyukur selamat namun saya terdampar disebuah pulau, lalu saya pun memasuki pulau itu untuk lebih menyelamatkan diri.

Setelah masuk ke pulau itu lebih dalam ternyata di pulau itu ada seorang manusia, saat itu saya melihat dia sedang menyembah berhala. Setelah cukup lama istirahat dan menceritakan apa yang baru saja saya alami, saya memberanikan diri berkata, “apakah saudara menyembah berhala ini dan dijadikan Tuhan ? sementara  di tempat saya banyak orang yang bisa membuat Tuhan yang saudara sembah ini ?”. ”Lalu tuhan saudara sendiri siapa ?”, dia balik bertanya. “Saya menyembah Allah Swt, yaitu Tuhan yang menciptakan ‘Arsy diatas langit, yang menciptakan hamparan bumi dan yang menciptakkan lautan luas”, jawab saya mantap. “Siapa yang mengajarkan sudara seperti itu ?”. dia seolah ingin lebih tahu. ”Ada utusan-Nya yang sampai kepada kami dan mengajarkan hal itu”, jawab saya penuh kesungguhan. “Apa yang dikerjakan utusan Tuhan saudara itu ?”. tanyanya semakin penasaran. “Allah Swt yaitu Tuhan kami, Dia mengirim utusan-Nya hanya untuk menyampaikan ajaran-Nya”, jawab saya. “Apakah saudara memiliki tanda-tanda akan kebenaran ada utusan-Nya ?”, tanyanya dengan pebuh semangat. “Benar, dan tandanya adalah ada firman-firman-Nya melalui lisan utusan-Nya itu”, jawab saya. “Apa saudara memiliki firman-firman-Nya itu ?”, tanyanya, ingin lebih banyak tahu.

Kemudian saya membacakan firman-firman Allah Swt dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari surat Ar-Rahman. Pada saat itu tanpa terasa dia menangis tidak henti-hentinya, sampai saya selesai dari membacakan surat Ar-Rahman.

“Tidaklah layak untuk berbuat durhaka kepada pemilik kata-kata ini (Allah Swt)”, katanya, dia terlihat seolah merasakan getaran hebat dalam  hatinya, mungkin merasa kagum dan terpesona setelah mendengar firman-firman Allah Swt.

Kemudian saya memberitahukan tentang Islam dan ajaran tentang Islam kepadanya, lalu tanpa ada paksaan dan kesulitan berarti, diapun dengan mudah menyatakan diri masuk agama Islam. Alhamdulillah.
Kemudian saya mengajak dirinya naik kapal layar yang sebelumnya saya sandarkan di tepi pantai. waktupun kian semakin larut dan tiba saatnya menjelang tengah malam. Setelah kami berdua melaksanakan shalat Isya, maka kami bersiap-siap untuk tidur, ingin beristirahat dari kepenatan.

“Apakah Tuhan Allah yang saudara ajarkan kepada saya ini juga ikut tidur bersama ?”, di keheningan malam tanpa diduga dia bertanya seperti itu. “Tidak, Dia tidak tidur, bahkan Dia yang Maha hidup dan Maha berdiri”, jawab saya tersenyum merasa senang. “Saudara nampaknya hamba yang kurang baik dan tidak sopan, anda seenaknya tidur namun Tuhan saudara tidak”, dia mengkritik saya.

Setelah sampai di pelabuhan, kami hendak berpisah untuk menuju rumah masing-masing. Kami mengumpulkan uang secukupnya untuk memberi bekal pada dirinya, dengan harapan dapat lebih menguatkan imannya. Kemudian uang yang telah terkumpul lumayan banyak itu saya serahkan kepadanya.

“Apa ini ?”, dia bertanya. “Ini hanyalah uang untuk bekal saudara, kalau-kalau suatu saat nanti diperlukan”, tatapan saya penuh harap.

“Saudara mengajarkan saya agama Islam dan menyembah Allah, tapi saudara tidak terlihat mengamalkannya, sudah sekian lama saya menyembah berhala, menyembah selain Allah, tapi Allah tidak pernah membiarkan saya sampai kelaparan, lalu apakah setelah saya menyembah Allah Swt dan saya sekarang mengenal-Nya, kemudian Allah akan menyia-nyiakan diri saya hingga akan mengalami kelaparan ??”. dia kembali mengkritik saya, dan keimanannya mulai nampak kuat.

Akhirnya dia tidak menerima uang dari kami untuk bekal dirinya, saya tersenyum bangga karenanya, dan saat itu kamipun berpisah.

Setelah melewati tiga hari dari kejadian itu, saya mendengar khabar bahwa dia jatuh sakit, kemudian saya menemuninya. “Apakah yang dapat saya bantu?”, saya menawarkan bantuan.

“Bantuan saudara telah saya terima, yaitu ketika saudara mengeluarkan saya dari pulau itu dan mengenalkan saya tentang agama Islam, saya ucapkan terima kasih”, jawabnya.

Kemudian dia pun meminta izin untuk tidak diganggu, dia seolah ingin beristirahat, hatinya nampak tidak berhenti berdzikir. Malam itu saya menemaninya dan tidur disampingnya, dalam tidur saya bermimpi melihat wanita cantik berada di taman hijau nan indah, wanita itu berkata : “Lekas bawalah dia ke dalam sorga, saya sangat merindukannya”. Saya tersentak kaget dan terbangun, kemudian saya melihat dia, namun tidak terdengar lagi desah nafasnya, ternyata ia sudah meninggal.

Pagi harinya saya ikut menguburkan jenazah-nya bersama orang lain. Dan pada malam harinya saya kembali bermimpi, di dalam mimpi itu saya melihat dia dalam keadaan yang senang dan mewah, kepalanya mengenakan mahkota emas berlian, dikelilingi para bidadari cantik rupawan sambil membaca ayat berikut ini :

وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ باَبٍ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَصَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya :
“Sedang para Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari setiap pintu sambil mengucapkan Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian, dan alangkah baiknya sorga itu menjadi tempat tinggal”. (QS. Arra’du 22-23)

Tammat.

Pustaka : Tanqihul-Qaul Syekh Nawawi Al-Bantani


Tuesday, November 30, 2010

MENYAMBUT SEPULUH MUHARRAM (‘ASYURA)



بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari kami." (QS. Hud 48)

‘ASYURA dikutif dari kata ‘Asyroh (bhs Arab), artinya sepuluh, maksudnya tanggal 10 Muharram, sedang TASU’A dikutif dari kata Tis’un (bhs Arab) artinya sembilan, Maksudnya tanggal 9 Muharram.

Telah kita maklumi bersama, di zaman Nabi Nuh AS terjadi musibah banjir besar. Seelah banijir surut, Nabi Nuh AS keluar dari kapal, diikuti para ummatnya, saat itu mereka merasakan lapar dan dahaga, bekal makanan mereka telah habis. Kemudian Nabi Nuh AS memerrintahkan ummatnya untuk mengumpulkan makanan yang tersisa. Salah seorang diantara mereka ada yang tersisa satu genggam biji bir (gandum), yang lain biji ruz (beras), yang lain biji mash (sejenis kacang), yang lain biji ‘adas (kacang) yang lain biji humsh (Kedelai), yang lain biji lubiya (sejenis kacang), yang lain biji pul (kacang tanah) masing-masing satu genggam, sampai terkumpul tujuh macam. Demikian itu terjadi pada 10 Muharram. Kemudian Nabi Nuh AS memasaknya dan semua bias makan hingga cukup kenyang dengan keberkahan Nabi Nuh AS, ini berdasarkan kandungan makna dari ayat QS. Hud 48. Demikianlah awal mula terjadi masak-memasak makanan di muka bumi setelah musibah banjir besar.

Berapa orang bersama Nabi Nuh AS itu ? yang jelas mereka sedikit, sebagaimana tertuang dalam Al-Qqur’an ;

وَمَاحَتَّى إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلاَّ مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ القَوْلُ وَمَنْ آَمَنَ وَمَا آَمَنَ مَعَهُ إِلاَّقَلِيْلٌ

“Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur[718] telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (QS. Hud 40) [718] Yang dimaksud dengan dapur ialah permukaan bumi yang memancarkan air hingga menyebabkan timbulnya taufan.

Jumlah mereka ada yang mengatakan 13 orang, yaitu 7 istri Nabi Nuh, 3 pengikut dan 3 orang anak beliau, ini dari riwayat Qotadah. Sedang dari riwayat Ibnu Ishaq ada 10 orang yaitu 5 laki-laki dan 5 perempuan. Ada juga yang mengatakan 20 orang yaitu 10 laki-laki dan 10 perempuan. Ada lagi, 80 orang yaitu 70 laki-laki 10 perempua. Ada lagi, 160 orang yaitu 80 laki-laki dan 80 perempuan. Tetapi riwayat yang sohih (benar) mereka berjumlah 79 orang yaitu 1 orang daripada istri Nabi Nuh, 6 orang daripada 3 anak laki-laki beliau bersama istri-istrinya, masing-masing satu orang, dan 71 orang daripada laki-laki dan 1 orang perempuan dari keturunan Nabi Syits.

Hikmah apa yang menjadi pelajaran disini ? berdasarkan sejarahnya bahwa 10 Muharram adalah hari baik. Jawabnya tidak lain, sebagai muslim yang baik selayaknya menyambut serta mengisi 10 Muharram dengan berbagai macam amal ibadah, apa saja bentuk amal ibadah itu ? disamping rutinitas ibadah yang dilakukan, ada baiknya memperhatikan beberapa hal berikut ;

Pertama, Berpuasa 10 Muharram, ini berdasar sabda Nabi SAW :

إِنَّ هَذَا اليَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبِ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ

“Sesungguhnya Hari ini ialah tanggal 10 Muharram, tidak ada kewajiban puasa atas kalian, tetapi jika mau silahkan berpuasa, dan jika mau silahkan tidak berpuasa." (HR .Bukhori Muslim)

Imam Syafi’i menambahkan dalam riwayatnya ;
 
وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ
"Dan Aku (Nabi SAW) sedang berpuasa, jika mau silahkan berpuasa.” (HR. Imam Syafei)

Kedua, Berpuasa 9 Muharram, ini berdasar sabda Nabi SAW ;

لَئِنْ بَقَيْتُ إِلىَ قاَبِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التّاَسِعَ - يَعْنِي يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ

“Jika aku masih hidup sampai tahun depan maka aku akan berpuasa tanggal sembilan, yakni dari 10 Muharram.” (HR. Muslim)

Ketiga, Melakukan keleluasaan keluarga, ini berdasar sbda Nabi SAW ;

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِياَلِهِ فيِ يَوْمِ عاَشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ فيِ سَنَتِهِ كَلِّهاَ

“Barangsiapa membuat keleluasaan dalam keluarga (wajib dinafkahi) pada 10 Muharram maka Allah lapangkan rezekinya di semua tahunnya.” (HR. Thabraniy dalam kitab Ausath-nya)

Allah SWT menenggelamkan dunia dengan topan dan banjir, tidak tersisa yang selamat kecuali Nabi Nuh AS bersama pengikutnya. Saat itu 10 Muharram, Allah SWT memerintahkan mereka turun dari kapal dan membuat keleluasaan keluarga. Oleh karenanya disunnahkan tiap 10 Muharram melakukan keleluasaan dalam keluarga, demikian penuturan Imam Al-Hakim.

Dasar yang lainnya tertuang dalam kitab Nihayatuz-Zein Syekh Nawawi, sebagai berikut ;

وَنُقِلَ عَنْ بَعْضِ الأَفاَضِلَ أَنَّ الأَعْماَلَ فيِ يَوْمِ عاَشُوْرَاءَ اِثْناَ عَشَرَ عَمَلاً الصَّلاَةُ وَالأَوْلىَ أَنْ تَكُوْنَ صَلاَةُ التَّسْبِيْحِ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى العِياَلِ وَالاِغْتِساَلُ وَزِياَرَةُ العاَلِمِ الصَّالِحِ وَعِياَدَةُ المَرِيْضِ وَمَسْحُ رَأْسِ اليَتِيْمِ وَالاِكْتِحاَلُ وَتَقْلِيْمُ الأَظْفاَرِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الإِخْلاَصِ أَلْفَ مَرَّةٍ وَصِلَّةُ الرَّحْمِ , وَقَدْ وَرَدَتْ الأَحاَدِيْثُ فيِ الصَّوْمِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى العِياَلِ وَأَمّاَ غَيْرُهُماَ فَلَمْ يَرِدْ فيِ الأَحاَدِيْثِ (نهاية الزين - ج 1 / ص 196)

Dikutif dari sebagian Ulama besar, bahwa amal ibadah yang layak diperhatikan di 10 Muharram ada 12 :

      1.    Melaksanakan Shalat sunnah yang paling utama shalat Tasbih,
     2.    Melakukan Puasa Sunnah, berikut tanggal 9 Muharram-nya, dan paling utama 10 hari, dari tanggal 1 s/d 10 Muharram
     3.    Melakukan Sodaqoh,
     4.    Melakukan keleluasaan keluarga artinya menambah dana belanja, membelikan baju baru dll.
     5.    Melakukan Mandi Sunnah,
     6.    Melakukan kunjungan pada Alim Ulama yang soleh,
     7.    Menengok orang yang sedang sakit,
     8.    Mengusap kepala yatim, artinya memberi kasih sayang seperti dengan menyantuni mereka,
     9.    Memakai celak mata,
   10.  Menggunting kuku,
   11.  Membaca surat Al-Ikhlas seribu kali,
   12.  Melakukan silaturrahmi terutama kepada saudara dan keluarga, sama seperti pada hari raya.

Melakukan Puasa dan melakukan Keleluasaan keluarga berdasar hadits sedang yang lainnya tidak terdapat dalam hadits.

Do’a ‘Asyuro (10 Muharram)

أَللَّـهُمَّ ياَمُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ وَياَ مُخْرِجَ ذِى النُّوْنِ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَجاَمِعَ شَمْلَ يَعْقُوْبَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ , وَياَغاَفِرَ ذَنْبِ دَاوُدَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَكاَشِفَ ضُرِّ أَيُّوْبَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَساَمِعَ دَعْوَةَ مُوْسَى وَهاَرُوْنَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ , وَياَخاَلِقَ رُوْحِ مُحَمَّدٍ T يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ , وَياَرَحْمَنُ الدُّنْياَ وَالأَخِرَةِ وَأَطِلْ عُمْرِى فىِ طاَعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَرِضاَكَ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَأَحْيِنِى حَياَةً طَيِّبَةً وَتَوَفَّنِى عَلَى الإِسْلاَمِ وَالإِيْماَنِ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العاَلَمْيَنَ

“Ya Allah wahai Yang membebaskan segala kesulitan, wahai Yang melepaskan Nabi Yunus Dzin-Nun di hari ‘Asyura, wahai Yang menyembuhkan derita Nabi Ya’kub di hari ‘Asyura, wahai Yang mengampuni dosa Nabi Daud di hari ‘Asyura,  wahai Yang menyembuhkan derita Nabi Ayub di hari ‘Asyura, wahai Yang mendengar do’a Nabi Musa dan Nabi Harun di hari ‘Asyura, wahai Yang menciptakan ruh Nabi Muhammad Saw di hari ‘Asyura, wahai Yang mengasihi dunia dan akhirat panjangkanlah umurku dalam taat ibadah dan cinta kepadaMu, wahai Yang maha Pengasih diantara yang pengasih hidupkan-lah aku dalam kehidupan yang baik, matikanlah aku dalam Islam dan Iman, wahai Yang maha Pengasih diantara yang Pengasih, semoga Allah limpahkan rahmat dan salam atas baginda kita Muhammad juga keluarga beliau dan para sahabat beliau, segala puji bagi Allah Tuhan pengurus sekalian alam.

Allah mengetahui segalanya.

DAFTAR PUSTAKA : 
1) Tafsir Ruhul-Ma’ani – Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Yusiy, 
2) Sunan Al-Kubra –Al-Baihaqiy, 
3) Faidul-Qodir – Syekh Al-Manawi, 
4) I’anatuh-Thalibin – Syekh Muhammad Syatho, 
5) Nihayatuz-Zein – Syekh Nawawi

KONSULTASI HUKUM ISLAM

KAJIAN HARI SABTU

KAJIAN HARI MINGGU

TADARUS MALAM RABU

SYARAH SAFINATUN-NAJA

SYARAH SAFINATUN-NAJA
TERJEMAH KASYIFATUS-SAJA SYARAH SAFINATUN-NAJA

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU
Ketika mendapatkan ilmu agama Islam tanpa bimbingan guru Maka jelas gurunya syetan, bahkan kesesatan akan lebih terbuka lebar Waspadailah belajar agama Islam tanpa bimbingan guru. Nah, apakah anda punya guru? .. kunjungilah beliau…!! Apabila ingin mendapat ilmu manfaat dan terjaga dari kesesatan

SILSILAH GURU AHMAD DAEROBIY (KANG DAE)